MAK...AKHIRNYA AKU BISA SEKOLAH

Media Barak Time.com
By -
0



Pagi itu seorang gadis kecil duduk termenung di bawah pohon jambu di depan rumahnya, sambil memainkan sapu lidi di tanah seakan melukis diatas kanvas yang luas. Coretan akibat gesekan lidi itu tampak tidak beraturan kesana kemari, ini menunjukkan bahwa dia sedang galau. Tapi entah apa yang membuatnya berperilaku seperti itu, sesekali wajah murungnya menatap ke arah jalan yang sering dilaluinya saat berangkat ke sekolah. Kemudian dia tertunduk lagi dan asyik memainkan sapu lidinya kembali. Dia tersadar  saat  Bu Ros memanggil-manggil namanya.

“Yuuuuunn.........”

“Yuuuuuniiiiii”

Teriakan Bu Ros yang tak lain adalah emaknya, membuat Yuni tersadar dari lamunan semunya.” Iya...maakkk” jawab Yuni sambil berlari kecil menuju asal suara itu.

“Dari tadi dipanggil kenapa tidak menjawab” ujar Bu Ros

“Maafkan Yuni mak,tadi Yuni tidak dengar” jawab Yuni tetunduk merasa bersalah.

“Masih kecil sudah melamun, apa sih yang kau lamunkan” tanya Bu Ros penuh curiga

“Ah....siapa yang melamun mak, Yuni tadi tidak dengar” kata Yuni berusaha menutupi kegalauan hatinya.

“Sudah siap kerjaanmu”

“Belum mak”

“Loh...dari tadi apa saja kerjamu, sudah lebih setengah jam emak mencuci, hanya menyapu halaman  kau tak becus” hardik Bu Ros ke arah Yuni yang masih terdiam menunduk.

“Maaf kan Yuni mak,” jawab Yuni yang masih tetap tertunduk, tapi kali ini ada setetes air mata yang jatuh membasahi pipinya.

“Loh...kok menangis nak, ada apa sebenarnya, ceritalah sama emak” kata Bu Ros sambil merangkul gadis kecil yang ada di depannya.

“Mak.....Yuni rindu sekolah hu...hu...hu”

Seketika itu tangis Yuni meledak sambil memeluk emaknya.

Melihat kondisi anaknya seperti itu, dia hanya bisa memeluk dan memberikan dekapan hangat sambil membelai rambut Yuni.

“Nak.....ini bukan kemauan kita, situasilah yang membuat semuanya seperti ini, sejak wabah covid 19 tiga bulan yang lalu melanda negara kita tak terkecuali kampung kita kena imbasnya. Situasi ini membuat kita harus tetap berada di rumah sesuai dengan anjuran pemerintah. Itu semua kita lakukan untuk memutus mata rantai penyebarannya.” Jelas Bu Ros berusaha memberi pengertian kepada anaknya.

“Tapi sudah tiga bulan Yuni tidak sekolah mak, kata kawan-kawanku mereka masih bisa belajar secara online”jelas Yuni merasa kecewa karena tidak bisa seperti kawannya yang lain.

“Mereka bisa belajar online karena mereka mampu nak, sementara kita untuk makan saja masih kesulitan. Ayahmu hanya seorang penarik becak dan penghasilannya sangat jauh berkurang di masa covid 19 ini. Kami sangat memahami kekecewaanmu nak, kalau ada uang nanti kita beli hp android agar kau bisa belajar di rumah. tapi..... hu...hu..hu”” isak tangis Bu Ros yang tak sangup melihat kondisi anaknya.

“Iya mak, tapi kapan mak....Yuni sudah jauh ketinggalan pelajaran” kata Yuni  yang masih duduk di bangku SMP.

“Sabar ya sayang, kami akan berusaha sekuat tenaga agar kau bisa belajar dirumah seperti teman-temanmu.” Jelas Bu Ros berusaha memberikan pemahaman kepada anaknya.

“Tapi ....kapan mak,....kapan.....?” kata Yuni memelas

“Nanti emak bilang sama ayahmu, sekarang pergilah kau sapu halaman itu, jorok kali emak lihat. Setelah selesai menyapu kau mandi dan belajar agar tidak keinggalan pelajaranmu” kata Bu Ros.

“Baik mak” jawab Yuni singkat sambil menghapus sisa ai matanya.

 “Bukan kami tak peduli denganmu nak, tapi keadaan kita seperti ini. Untuk makan saja masih sangat sulit, konon lagi harus membeli HP buatmu.” Bathin Bu Ros yang hanya bisa mengelus dada melihat situasi krisis saat ini sambil menatap kepergian anaknya menuju halaman rumah.

Yuni pun tidak pernah membantah apa yang dikatakan orang tuanya, karena diapun sangat memahami kondisi orangtuanya yang hanya berprofesi sebagai penarik becak. Namun di satu sisi dia harus belajar sebagaimana yang telah disampaikan gurunya waktu itu bahwa pembelajaran dilaksanakan dengan sistem online karena situasi tidak memugkinkan untuk belajar di sekolah sebagaimana yang telah dianjurkan pemerintah.

“Ya Allah...berikanlah orangtua hamba kemudahan dalam mencari rezeki agar bisa memenuhi kebutuhan kami khususnya kebutuhan sekolahku” pinta Yuni dalam hati sambil terus menyapu halaman yang berukuran 5 m x 3 m itu.

 

***********

 

 Sore itu cuaca sedikit mendung, awan menggumpal seakan menutupi bumi. Angin berhembus sepoi-sepoi membelai tubuh Pak Imam yang sedang duduk santai di teras rumanya sambil melihat ke arah becak yang terparkir di halaman rumah. Lama dia termenung  dengan tatapan mata yang kosong dan tersadar saat isterinya menyapa sambil menghidangkan segelas kopi dan sepiring ubi goreng.

“Bang, kok melamun, ini kopi dan ubi gorengnya” kata Bu Ros sambil duduk di samping suaminya.

“Eh...iya...dek, terima kasih ya” ujar Pak Imam.

“Bang....”

“Iya..” jawab Pak Imam singkat sambil menyeruput kopi yang barusan dihidangkan isterinya.

“Aku sedih melihat keadaan Yuni” kata Bu Ros buka bicara

“Kenapa  rupanya dengan Yuni” kata Pak Imam

“Setiap hari dia melamun terus karena rasa rindunya ingin sekolah” kata Bu Ros

“Bagaimana mau sekolah di tengah pendemi covid 19 ini, jangankan sektor pendidikkan, sektor ekonomi pun terkena imbasnya termasuk kita.” jelas Pak Imam

“Apa yang abang katakan itu benar, tapi kita tidak bisa juga menafikan kondisi anak kita. abang kan tau sendiri keinginan dia untuk belajar sangat tinggi dan itu telah dibuktikannya kepada kita dengan mendapat juara umum di sekolah” kata Bu Ros

“Jadi...apa yang bisa kita perbuat, kau kan tau bagaimana sulitnya kehidupan masa ini, biasanya hasil menarik becak masih bisa memenuhi kebutuhan hidup kita, tapi sekarang untuk mendapatkan lima puluh ribu saja sangat sulit.” Kata Pak Imam sambil sesekali menarik nafas panjang sebagai ungkapan kekecewaannya.

“Abang carilah pinjaman, agar anak kita bisa belajar online dan tidak ketinggalan materi pembelajarannya” usul Bu Ros

“Pada siapa dek, begini masanya sama siapa bisa kita meminjam uang. Apalagi ruang gerak kita dibatasi dengan dalih memutus mata rantai covid 19, sehingga orang banyak yang lebih memilih tinggal di rumah dan tidak bisa berbuat apa-apa.

“Bagaimana kalau ke Haji Umar,,,bang” kata Bu Ros kembali memberi usul.

“Pak Haji Umar....? apa gak malu dek. Hutang kita yang kemaren saja belum di bayar, ini mau pinjaman lagi” kata Pak Imam.

“Aku yakin Pak Haji Umar mau membantu bang, apalagi untuk fasilitas pendidikan, karena di kampung kita tidak ada yang sedermawan beliau” kata Bu Ros

“Hmmm....tapi aku tak yakin dek”  jawab Pak Imam singkat

“Abang harus yakin demi anak kita,” kata Bu Ros berusaha meyakinkan suaminya.

Pak Imam terdiam tanpa bisa berkata-kata, apalagi menyangkut masa depan anak semata wayangnya. Apapun akan dilakukannya demi memenuhi kebutuhan anaknya.

”Baiklah dek......nanti setelah bakda isya, abang ke rumah Haji Umar” kata Pak Imam

Mendengar itu Bu Ros merasa senang, walaupun belum pasti akan ada hasilnya, tapi ada usaha yang dilakukan.

Sementara dari balik dinding Yuni sengaja menguping pembicaraan kedua orangtuanya. “Maafkan Yuni ya......, gara-gara Yuni kalian jadi memaksakan  diri untuk bisa memenuhi kebutuhanku” bathin Yuni sambil berlari kecil menuju kamarnya.

 

*************

 

Setelah selesai sholat Isya di Mushollah Al Hikmah, Pak Imam tidak langsung pulang ke rumah tapi bergegas ke rumah Haji Umar yang berjarak seratus meter dari Mushollah.  Dengan mempercepat langkahnya, akhinya Pak Imam sampai di depan pintu rumah Haji Umar.

“Assalamu’alaikum pak Haji” sahut Pak Imam dari luar

“Wa’alaikum Salam” jawab Haji Umar dari dalam rumah

Tidak berapa lama Haji Umar sudah berada di depan pintu dan mempersilahkan Pak Imam untuk masuk.

“Ooo.Pak Imam, silahkan masuk”

“Terima kasih pak Haji, lebih enak di sini saja” tawar Pak Imam sambil menuju kursi di teras rumah.

“Ooo...iya...gak apa-apa silahkan duduk pak, apa yang bisa saya bantu ”kata Haji Umar sambil duduk di kursi

“Anu pak haji...hmm....aa.”

“Loh...ada apa pak, cerita saja”

“Begini pak Haji...., kedatangan saya kemari mau minjam uang” kata Pak Imam memberanikan diri sambil menundukkan wajahnya.

“Untuk apa pak?” tanya Haji Umar

“Untuk membeli HP buat Yuni pak Haji, sebab selama pandemi covid 19 anak-anak diharuskan belajar di rumah dengan sistem online. Sudah tiga bulan Yuni hanya berdiam diri tanpa bisa berbuat lebih selain hanya membaca dan mengulang pelajarannya yang lalu.” Jelas Pak Imam

Mendengar curatan hati Pak Imam, Haji Umar merasa teharu dan membayangkan betapa susahnya situasi saat ini, apalagi kondisi keluaga Pak Imam cukup memprihatinkan dari segi ekonomi.

“Bagaimana pak Haji..?” tanya Pak Imam

“Hmmm.....berapa yang bapak butuhkan? tawar Haji Umar

“Satu juta setengah pak” jawab Pak Imam singkat.

 “Sekarang begini saja Pak Imam, kebetulan semalam anak saya minta belikan hp android padahal HP androidnya baru beberapa minggu yang lalu saya belikan, katanya untuk belajar online. Tunggu sebentar ya”kata Haji Umar sambil beranjak menuju ke dalam rumah.

Beberapa saat Haji Umar sudah kembali dengan menenteng sebuah tas.

“sebenarnya saya sudah niat mau memberikannya buat Yuni, tapi belum ada waktu dan kesempatan. Sebab saya senang melihat anak-anak yang memilliki prestasi dan semangat untuk belajar. Karena mereka adalah asset kita untuk masa yang akan datang” jelas Haji Umar

“Terima kasih atas kemurahan hati bapak yang peduli terhadap keadaan kami yang miskin,” kata Pak Imam  menyalam tangan Haji umar dan berusaha menciumnya

“Ah..sudahlah jangan terlalu berlebihan” kata Haji Umar sambil menarik tangannya.

“Sampaikan salam saya buat Yuni dan tetap semangat dalam belajar” kata Haji Umar

“Baik Pak, kalau begitu saya permisi, saya yakin Yuni akan bangga mendapat hadiah dari bapak” kata Pak Imam sambil menyalam kembali Haji Umar dan berlalu meninggalkan rumah besar itu.

Dalam perjalanan pulang Pak Imam tak henti-hentinya mengucap syukur ke hadiratNya atas kemudahan yang  diperolehnya itu.”Pasti Yuni senang menerima HP ini” bathin Pak Imam.

 

Sesampai dirumah Pak Imam langsung memanggil Yuni dan isterinya dengan wajah yang riang Pak Imam menyerahkan tas pemberian Haji Umar.

“Nak...ini ada hadiah dari Haji Umar,”kata Pak Imam sambil menyerahkan tas yang dipegangnya tadi.

“Apa itu bang” tanya Bu Ros penasaran

“Iya...yah.....tas apa ini” tanya Yuni

“Buka saja nak, kau akan tau apa isinya” kata Pak Imam

Isterinyapun sudah tidak sabar ingin mengetahui apa sebenarnya isi tas itu.

“cepat kau buka tas itu nak”perintah Bu Ros

Yuni pun membuka isi tas itu, ternyata sebuah kotak HP android yang telah lama diidamkannya untuk bisa belajar di rumah.

“Hp...mak” kata Yuni riang

“Iya....itu HP milik anak Haji Umar, tapi sudah tak terpakai” kata Pak Imam

“Tapi........ kok masih seperti baru bang” kata Bu Ros

“Iya ..baru seminggu di beli tapi gak cocok kata anaknya, daripada sayang lebih bagus diberikan sama yang membutuhkan. Sebenarnya Haji Umar ingin langsung memberikannya sama Yuni, tapi karena sibuk belum kesampaian.” Jelas Pak Imam.

“Alhamdulillah....semoga orang sedermawan Haji Umar diberikan kemudahan oleh Allah SWT dalam setiap aktivitasnya dan diberikan kesehatan serta umur yang panjang” pinta Bu Ros dalam do’anya, langsung  di amin kan oleh Pak Imam dan Yuni.

“Mak...akhirnya aku bisa sekolah...walaupun hanya dirumah” kata Yuni sambil memeluk Bu Ros.

“Iya..nak, tapi kau harus bijak dalam mempergunakan HP itu, manfatkanlah untuk hal yang sepantasnya agar apa yang menjadi keinginanmu dapat tercapai. Yang penting kau bisa belajar kembali

“Bagamana dengan paket internetnya mak, kan mahal?: tanya Yuni

“Tak usahlah kau risaukan nak, walau pun berat, demi masa depanmu ayah rela banting tulang agar kau tetap bisa belajar. Tapi ingat.....HP nya jangan digunakan untuk bermain-main” kata Pak Imam.

”Nanti mamak akan bantu ayah untuk mencari uang tambahan dengan berjualan miso di depan rumah” usul Bu Ros.

“Yuni boleh ikut membantu emak jualan kan?” tanya Yuni

“Boleh....asal semua tugas belajarmu telah selesai kau kerjakan” jawab Bu Ros sambil memeluk Yuni dan membelai rambutnya yang teruai.

Malam itu  keluarga kecil yang sederhana itu  sangat bahagia karena apa yang diimpikan anaknya bisa diwujudkan walaupun hasil dari pemberian Haji Umar. Dengan bantuan Haji Umar, Yuni bisa kembali belajar melalui sistem Online dan keinginannya untuk menjadi seorang dokter suatu hari nanti akan dapat Ia raih dengan kebulatan tekad dan keseriusan.

 

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)