Oleh : Wan Ades Iskandar Nan Sakti
Istana Bahren yang berada di Kecamatan Kotapinang, Kabupaten
Labuhanbatu Selatan pernah berdiri megah di masa kepimpinan Sultan Mustafa bergelar
Makmur Perkasa Alamsyah. Di resmikan pada tahun 1934 merupakan bukti sejarah dan simbol peradaban
melayu yang maju saat itu. Namun hancur pada saat terjadinya revolusi sosial
tahun 1964 dan sampai sekarang puing-puingnya masih terlihat sampai saat kini.
Banyak kalangan sudah mencoba mengangkat persoalan ini mulai
dari pemberitaan di berbagai media, diskusi dan dialog publik, namun pemerintah
yang notabenenya sebagai pihak yang lebih berperan dalam merevitalisasi
keberadaan istana Bahren tidak belum bereaksi, padahal Istana Bahren adalah
simbol kejayaan melayu yang pernah ada di Labuhanbatu selatan tepatnya di
Kotapinang.
Kultur melayu yang dulunya sangat melekat di dalam aktivitas
masyarakat, kini sudah tergantikan dengan adat istiadat yang lain. sehingga
melayu yang seyogyanya mendominasi adat istiadat sudah tidak terlihat lagi.
Indikasi pergeseran adat istiadat saat ini dapat dilihat dari adat istiadat
perkawinan, warna perkantoran yang tidak menonjolkan ciri khas melayu yakni kuning
dan hijau serta dalam setiap pesta adat sudah jarang kita mendengar zikir, tapi
telah diganti dengan endeng-endeng.
ISTANA BAHREN RIWAYATMU
KINI
Menurut data sejarah yang penulis peroleh dari berbagai
sumber, bahwa Kesultanan Kotapinang ini pertama kali didirikan oleh Sultan
Batara Guru Pinayungan Nan sakti atau disebut juga Batara Sinombah. Batara Guru
Pinayungan Nan Sakti merupakan keturunan dari alam Minangkabau Negeri
Pagaruyung yang bernama Sultan Alamsyah Syarifuddin. bersama adik tirinya Putri
Lenggeni bermukin di Hutang Mumuk yang saat ini bernama Pinang Awan.
Awalnya di hutang mumuk di diami oleh dua suku yaitu Tambak
dan Dasopang, namun sering terjadi pertikaan di antara keduanya. hingga pada
suatu waktu mereka membuat suatu sayembara untuk menentukan pemimpin di daerah
itu. Secara kebetulan Batara Guru Pinayungan Nan Sakti sedang melintas dan
merasa tertarik ikut dalam kompetisi yang di adakan oleh kedua suku tersebut.
Dengan kesaktiannya, akhirnya Batara Guru Pinayungan Nan Sakti menang dan di
nobatkan sebagai Sultan. Nah...inilah cikal bakal kesultanan yang ada di
kotapinang.
Masa kejayaan Kesultanan Kotapinang pernah juga terjadi saat dipimpin
SultanTengku Ismail bergelar yang Dipertuan Sakti. Bahkan, wilayah kekuasaanya
sampai ke perbatasan Selat Malaka. Masa keemasan itu cukup lama bertahan, yakni
pada tahun 1873 sampai 1893.
Tengku Ismail memiliki tiga putra dan dua putri. Putra pertama
bernama Tengku Musthafa bergelar Yang Dipertuan Makmur Perkasa Alamsyah, putra
kedua bernama Tengku Makmoen Alrasyid yang bergelar Tengku Pangeran, putra
ketiga Tengku Alang syarif, sedangkan kedua putrinya Tengku Zubaedah dan yang
terakhir Tengku Cantik.
Saat Tengku Ismail wafat, Tengku Musthafa masih
berusia 12 tahun. Dia langsung dinobatkan oleh tokoh-tokoh Melayu untuk
memangku tampuk kepemimpinan Kesultanan Kotapinang yang ke-11. Meski dalam usia
mudanya, Tengku Musthafa mampu memimpin Kesultanan Kotapinang serta
mempertahankan teritorialnya. kemudian di masa Sultan Mustafa ini lah berdiri
Istana Bahren yang diresmikan pada tahun 1934. setelah jepang pergi
meninggalkan Indonesia tahun 1945, terjadi pergolakan di masyarakat yang anti
terhadap kaum bangsawan pada tahun 1946, membuat Istana Bahren yang begitu
megah hancur.
Kini kondisi istana Bahren hanya bangunan tua yang
tinggal puing-pungnya saja, di kelilingi ilalang yang membuat suasana istana
menjadi seram dan cukup memprihatinkan keberadaanya. seharusnya pemerintah
dapat lebih bijaksana menyikapi asset sejarah yang bisa dijadikan ikon budaya
yang ada di Labusel, namun hal itu tidak terlihat, bahkan pemerintah seakan
menutup mata.
Posting Komentar
0Komentar