MAKAM OPPU BUSMIN NASUTION PENUH MISTERI

Media Barak Time.com
By -
0


 

Oleh : Wan Ades Iskandar Nan Sakti

Perjalanan kami dalam menelusuri situs bersejarah membawa kami ke suatu dusun yang bernama Boom Sisumut Desa Sisumut Kecamatan Kotapinang Kabupaten Labuhanbatu Selatan. Sebelumnya daerah pemukiman warga berada di pinggiran sebuah danau yang bernama danau tarutung. Danau tarutung ini adalah aliran dari sungai Barumun yang biasa dimanfaatkan masyarakat setempat untuk memenuhi kebutuhannya.

Jam 15.30 Wib Kami tiba di dusun Boom Sisumut dan langsung menuju rumah salah seorang anggota Komunitas sekaligus sebagai penunjuk jalan.  Setelah berdiskusi sebentar kami melanjutkan perjalanan menuju kedalam hutan tempat makam-makam tua bersemayam dengan didampingi oleh Raja Ibrahim Nasution. Sebelum sampai ketujuan kami singgah di sebuah tempat yang dulunya sebagai tempat pesangrahan raja dan permaisuri. Kami telusuri dari semua sisi yang hanya menyisakan puing-puing saja dan tepat di belakang bangunan ada sebuah sumur tua. Setelah mengambil dokumentasi pesangrahan itu kami melanjutkan perjalananan menuju makam para raja-raja Sisumut.

Setiba di lokasi tampak makam raja dan zuriat tidak terawatt dengan baik, bahkan ada makam yang kami temui dibawah rimbunan semak belukar, terpaksa tim merunduk memasuki arena makam tersebut,”Tak apalah demi sebuah situs sejarah” bathinku

Nisan dengan gaya yang khas tanpa ada tulisan yang terlihat di batu nisan membuat kami kewalahan dalam mengidentifikasi makam tersebut. Namun tetap saja kita dokumentasikan sebagai data awal dalam penelusuran sejarah.

Sedikit penat, tim istirahat sejenak dengan memandang hamparan danau tarutung yang mongering akibat kemarau. terlihat retakan tanah dasar danau yang hampir merata, namun di tengah masih tersisa genangan air dengan panorama yang cukup indah. Bangau putih beterbangan riang sambil sesekali singgah di permukaan air. Wah…..very beautiful…

Setelah puas memandang panorama danau Tarutung, saya dan tim kembali melanjutkan penelusuran ke makam tua dan tujuan saat itu ke sebuah makam yang berada di bawah pohon besar. Mendengarnya saja ada sedikit getaran aneh yang menjalar disekujur tubuh.Tapi karena rasa ingin tahu, saya dan tim melanjutkan perjalanan ke arah makam tersebut.

Saat tiba di lokasi makam waktu sudah menunjukkan jam 17.30 Wib, suasana sudah hampir gelap, keadaan kian mencekam saat jeritan monyet yang bertengger diatas pohon seakan memberi isyarat agar kami tetap menjaga adab dan sopan santun di areal makam. Kami pun berusaha membersihkan pohon-pohon kecil yang tumbuh diatas makam. Iqra berusaha membersihkan nisan agar terbaca tulisan yang ada di bawah nisan. Hasil nya tertulis :  Oppu Busmin Nasution, Mangkat pada tanggal 26 November 1928. Setelah itu kami pun meninggalkan lokasi makam Oppu Busmin Nasution dengan terlebih dahulu mengirimkan do’a buat arwah beliau.

Menurut Raja Ibrahim Nasution salah seorang zuriat keturunan Raja Sisumut bahwa kisah kewara'an Oppu Busmin Nasution ini tak diragukan. Kecintaannya pada ajaran sang Khalik membuat dirinya menjadi panutan dikala itu. Banyak kisah yang tercurah dari cerita Raja Ibarhim Nasution salah satunya adalah dimasa itu tidak ada pengatur waktu untuk sholat, namun beliau sangat faham kapan waktu sholat tiba, saat waktunya tiba beliau langsung melantunkan azan dimanapun saat itu dia berada.

Masih menurut Raja Ibrahim Nasution, pernah suatu waktu seorang warga sedang membersihkan ladang karetnya yang semak di areal makam Oppu Busmin Nasution, entah kenapa babat yang dipakainya untuk membersihkan ilalang mengenai batu dan sompellah mata babatnya. Dengan kesal warga itu memaki-maki/sumpah serapah yang secara kebetulan warga itu dekat dengan makam Oppu Busmin Nasution.

Setibanya di rumah, tiba-tiba warga itu sakit, demam dan muntah darah, padahal sebelumnya dia sehat-sehat saja.

Banyak warga yang menjenguk merasa heran atas kejadian aneh itu. Oleh seorang datu yang mencoba mengobatinya menanyakan secara langsung kepada warga itu apa yang terjadi sebelumnya.

"Tadi saat aku membabat di ladang dekat makam Oppu itu, babatku kena batu, emosilah aku....entah apa-apa kubilang...sumpah serapah,,,makian...begitulah ceritanya tuan" ujar warga itu sambil memegang dadanya yang masih terasa sakit.

"Aduh....gawat itu, kau tidak boleh cakap sembarangan di areal makam, apalagi cakap kotor seperti yang kau bilang tadi.....sudah....cepat kita kesana meminta maaf kepada makam oppu Busmin" pinta sang datu pada warga itu.

Tak menunggu lama, Sang datu dan warga itu pun berangkat kembali ke makam Oppu Busmin Nasution untuk meminta maaf atas perlakukan   tidak sopan  yang dilakukan warga tadi.

Sesampainya di Makam Oppu Busmin Nasution, warga tadi dengan ketulusan hatinya meminta maaf atas kelakuan yang tidak pantas tadi.

Setelah meminta maaf, warga dan sang datu kembali ke perkampungan. sesampainya di rumah, seketika warga tadi sehat wal afiat seperti sebelumnya. Sontak membuat warga gembira sekaligus takjub atas karomah makam Oppu Busmin Nasution itu.

Dalam kisah yang lain beliau menjelaskan kepada kami, Pernah suatu waktu dirinya pernah menemani pakciknya pergi ke makam dengan niat untuk ziarah dan sang  pakcik mengambil batu yang ada di makam oppu Busmin Nasution dan dibawah pulang. “Kenapa dibawa batu makam itu pak” Tanya Raja Ibrahim kala itu.

“Sudah…tenang ajalah kau……, “ kata Pakciknya menenangkan Ibrahim agar tidak banyak pertanyaan lagi.

Malamnya saat tidur, batu yang diambil dari makam Oppu Busmin Nasution diletakkannya dibawah bantal. Saat tidur sang pakcik di datangi seorang berjubah hijau, tinggi besar dan menatap kearahnya, tapi tidak ada sedikitpun komunikasi diantara mereka.

Hal itu berlangsung selama tiga hari berturut-turut dan mulai merasa terganggu, akhirnya di hari ketiga sang pakcik mengembalikan batu itu kemakam oppu Busmin Nasution. Setelah itu, dimalam-malam selanjutnya sang Pakcik tidak pernah lagi didatangi manusia berjubah hijau.

Itulah sepenggal kisah  penuh misteri yang kami (Tim KJ-SWIB) dapatkan dari penuturan Salah seorang keturunan raja Sisumut.

Mungkin masih banyak kisah-kisah lain yang bisa diceritakan oleh Raja Ibarahim kepada kami, namun tak terasa waktu sudah menunjukkan jam 20.00 Wib, ditambah lagi dikampung itu ada 2 orang warga yang meninggal dunia salah satunya adalah saudara beliau (Raja Ibrahim Nasution).

Mengingat hal itu, kami pamit diri dan akan kembali lagi sesuai dengan janji Raja Ibrahim akan menceritakan kisah-kisah lain.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)