Namun baru akan kusuap nasi yang ada di tanganku, bahkan jarak tangan dengan mulut tinggal 1 centi, kembali kicauan HP ku memanggil. "Ah..mungkin ada seseorang disana yang sangat penting untuk di bicarakan."bathinku sambil mengurungkan niatkan menyuap nasi kemulut dan kuraih HP yang tergeletak di samping Kmputer.
Kulirik nama yang tertera di layar HP ku."bung Kamal! Spontan tanganku meraihnya. Teringat pertama jumpa dengan bung Kamal yang memiliki gaya khas pak Ogah salah satu tokoh film si Unyil."ada apa gerangan" bathinku sambil mengucap salam.
Ternyata beliau memberikan informasi
bahwa dia dengan kawannya akan melintas di Kotapinang menuju Jakarta,"
bang...kami nanti singgah, kita harus jumpa. Kebetulan aku saat ini sedang
bersama seorang sastrawan senior. Pokoknya nanti ku bell abang ya...kita harus
ketemu" ucapnya dari seberang sana.
Kujawab aja" siap bang, dengan senang hati. Kalau dah sampai Labusel kabari ya" kataku. Setelah itu baru kusantap lahap sepiring nasi yang telah kuabaikan beberapa saat demi memenuhi panggilan kampung tengah (hehehehe...)
Pertemuan tanpa penyambutan meriah ketika mereka sampai bakda isya di Labusel adalah bentuk jamuan biasa yang bisa kulakukan. Sebersit rasa penasaran dengan perkataan Bung Kamal bahwa yang datang dengannya adalah seorang sastrawan dan penulis top markotop di Medan. Setibanya mereka di Warung yang telah disepakati, Kulihat turun dari Mobil HRV seorang yang berpenampilan sederhana dengan khas sorban dililitkan pada lehernya, langsung kusambangi dan menyalaminya. Inilah Bung Sugeng Satya Dharma seorang sastawan, wartawan dan penulis” celetuk Kamal padaku.
“Ooo....”
bathinku terpana dengan kesederhanaannya. Mengapa tidak! Seorang novelis sekelas
beliau mau singgah ke bumi Santun Berkata Bijak Berkarya hanya untuk berdiskusi
dengan seorang Ades yang tidak ada apa-apanya dalam dunia sastra dan budya.
Alhamdulillah
walau sederhana Allah SWT mempertemukan ku dengan bang Sugeng Satya Dharma disebuah
warung simpang 3. Banyak cerita yang mengalir deras dari mulut kami, lepas
tanpa batas. Mengurai renyah penuh dengan kesederhanaan.
Ada
sekitar 2 jam kami berceloteh tentang literasi, sastra dan budaya, bahkan
sesekali terkuak tentang sejarah yang mengitari labusel khususnya seputar
Kesultanan Kotapinang yang masih banyak belum mengetahui secara benar . Dengan
mulut kampungku ini nyerocos terus menjelaskan tentang sekelumit sejarah Kesultanan Kotapinang. Sesekali kulirik
beliau manggut-manggut atas penjelasanku
itu. sementara Bung Kamal Nasution diam dan mendengarkan, walau sesekali
nyeletuk tentang materi diskusi malam itu.
Posting Komentar
0Komentar