Bertemu dalam kesederhanaan

Media Barak Time.com
By -
0

Hidangan telah tertata rapi siang itu dengan aroma pembangkit selera perpaduan gulai lomak dan sambal belacan khas buatan isteriku. Saat hendak kusuap nasi yang telah kuramu sesuai seleraku, handphone ku berdering yang berjarak 2 meter dari aku duduk. Karena nafsuku sedang membuncah, kuabaikan seketika deringan sumbang itu.

Namun baru akan kusuap nasi yang  ada di tanganku, bahkan jarak tangan dengan mulut tinggal 1 centi, kembali kicauan HP ku memanggil. "Ah..mungkin ada seseorang disana yang sangat penting untuk di bicarakan."bathinku sambil mengurungkan niatkan menyuap nasi kemulut dan kuraih HP yang tergeletak di samping Kmputer.

Kulirik nama yang tertera di layar HP ku."bung Kamal! Spontan tanganku meraihnya. Teringat pertama jumpa dengan bung Kamal yang memiliki gaya khas pak Ogah salah satu tokoh film si Unyil."ada apa gerangan" bathinku sambil mengucap salam.

Ternyata beliau memberikan informasi bahwa dia dengan kawannya akan melintas di Kotapinang menuju Jakarta," bang...kami nanti singgah, kita harus jumpa. Kebetulan aku saat ini sedang bersama seorang sastrawan senior. Pokoknya nanti ku bell abang ya...kita harus ketemu" ucapnya dari seberang sana.

Kujawab aja" siap bang, dengan senang hati. Kalau dah sampai Labusel kabari ya" kataku. Setelah itu baru kusantap lahap sepiring nasi yang telah kuabaikan beberapa saat demi memenuhi panggilan kampung tengah (hehehehe...)

Pertemuan tanpa penyambutan meriah ketika mereka sampai bakda isya di Labusel adalah bentuk jamuan biasa yang bisa kulakukan. Sebersit rasa penasaran dengan perkataan Bung Kamal bahwa yang datang dengannya adalah seorang sastrawan dan penulis top markotop di Medan. Setibanya mereka di Warung yang telah disepakati, Kulihat turun dari Mobil HRV seorang yang berpenampilan sederhana dengan khas sorban dililitkan pada lehernya, langsung kusambangi dan menyalaminya. Inilah Bung Sugeng Satya Dharma seorang sastawan, wartawan dan penulis” celetuk Kamal padaku.

“Ooo....” bathinku terpana dengan kesederhanaannya. Mengapa tidak! Seorang novelis sekelas beliau mau singgah ke bumi Santun Berkata Bijak Berkarya hanya untuk berdiskusi dengan seorang Ades yang tidak ada apa-apanya dalam dunia sastra dan budya.


Alhamdulillah walau sederhana Allah SWT mempertemukan ku dengan bang Sugeng Satya Dharma disebuah warung simpang 3. Banyak cerita yang mengalir deras dari mulut kami, lepas tanpa batas. Mengurai renyah penuh dengan kesederhanaan.

Ada sekitar 2 jam kami berceloteh tentang literasi, sastra dan budaya, bahkan sesekali terkuak tentang sejarah yang mengitari labusel khususnya seputar Kesultanan Kotapinang yang masih banyak belum mengetahui secara benar . Dengan mulut kampungku ini nyerocos terus menjelaskan tentang sekelumit sejarah  Kesultanan Kotapinang. Sesekali kulirik beliau manggut-manggut  atas penjelasanku itu. sementara Bung Kamal Nasution diam dan mendengarkan, walau sesekali nyeletuk tentang materi diskusi malam itu.

Intinya kita harus bisa dan terus berjuang

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)