David (Daud) vs Goliath (Jalud): Kemenangan Kecil atas Ketakutan Besar

Media Barak Time.com
By -
0

 



Dalam setiap zaman, selalu ada kisah tentang “yang kecil” melawan “yang besar.” Dalam sejarah peradaban manusia, pertempuran antara Daud dan Goliath bukan sekadar kisah perang, melainkan simbol abadi tentang keberanian moral melawan dominasi kekuasaan. Goliath, raksasa bangsa Filistin bersenjata lengkap, berdiri sebagai metafora bagi sistem yang pongah pada kekuatan dan kekuasaan. Sebaliknya, Daud, si gembala muda, datang hanya dengan ketapel dan keyakinan. Ia tidak membawa besi dan baja, tetapi membawa iman, kecerdasan, dan keberanian berpikir di luar pakem yang menakut-nakuti banyak orang.


Pertemuan antara keduanya adalah benturan dua paradigma besar: kekuasaan yang lahir dari ketakutan dan keberanian yang tumbuh dari keyakinan. Goliath mewakili dunia yang percaya bahwa besi, perisai, dan otot adalah ukuran kemenangan. Daud mewakili dunia yang menegaskan bahwa pengetahuan, strategi, dan keimanan bisa mengguncang bahkan raksasa paling tangguh. Dalam batu kecil yang meluncur dari ketapel Daud tersimpan pesan besar: bahwa kekuatan sejati tidak datang dari tubuh, melainkan dari akal dan hati yang bebas dari rasa takut.


Dalam konteks modern, kisah Daud vs Goliath menemukan relevansinya di ruang publik dan kampus hari ini. Daud bisa berwujud mahasiswa, dosen, atau jurnalis independen yang berani mengungkap penyimpangan kekuasaan; sementara Goliath menjelma dalam bentuk kekuasaan politik yang korup, ekonomi predatoris, dan birokrasi pendidikan yang menindas. Di tengah hegemoni “sirkel kejahatan” dengan kekayaan fantastis dan slogan sinis “palugada”—apa yang lu minta gua ada—keberanian moral menjadi satu-satunya batu kecil yang tersisa untuk melawan ketimpangan.


Kemenangan Daud bukan hanya kemenangan fisik, melainkan kemenangan spiritual: menaklukkan ketakutan dalam diri sendiri. Batu yang ia lemparkan tidak sekadar menumbangkan Goliath, tetapi juga menghancurkan keyakinan palsu bahwa yang lemah selalu kalah. Inilah esensi perjuangan moral—bahwa setiap tindakan keberanian, sekecil apa pun, dapat mengubah arah sejarah. Di sinilah letak keagungan Daud: bukan pada ketapel di tangannya, melainkan pada kepercayaannya terhadap keadilan Ilahi.


Firman Allah SWT dalam Surah Al-Baqarah ayat 251 menegaskan: “Mereka (tentara Thalut) mengalahkan tentara Jalut dengan izin Allah, dan Daud membunuh Jalut. Kemudian Allah memberikan kepadanya kerajaan dan hikmah (ilmu pengetahuan), serta mengajarkan kepadanya apa yang Dia kehendaki. Seandainya Allah tidak menolak (keganasan) sebagian manusia dengan sebagian yang lain, pasti rusaklah bumi ini.” Ayat ini bukan sekadar catatan sejarah, tetapi juga prinsip keseimbangan sosial—bahwa kekuatan yang zalim harus dilawan dengan keberanian moral agar dunia tidak tenggelam dalam kebusukan kekuasaan.


Dalam setiap peradaban, Allah menumbuhkan “Daud-Daud baru”—mereka yang bersenjata pengetahuan, iman, dan moralitas. Di tengah sistem yang rakus dan kekuasaan yang menindas, keberanian untuk berkata benar tetap menjadi “batu kecil” yang mampu mengguncang raksasa. Sebab sejarah selalu berpihak pada mereka yang berani melawan ketakutan, bukan pada mereka yang tunduk kepada kekuasaan. Kemenangan Daud adalah kemenangan akal sehat atas arogansi, kemenangan nurani atas ketakutan, dan kemenangan manusia atas dirinya sendiri.


Demikian


Penulis, Adv. M.Taufik Umar Dani Harahap, SH. Ketua FP USU.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)