"Kecenderungan Pada Kebenaran (Hanif): Aksi Kader HMI Cabang Dalam Pemberantasan Korupsi Di Sumut"

Media Barak Time.com
By -
0

 



Dalam relung sejarah Himpunan Mahasiswa Islam (HMI), istilah hanif bukan sekadar kosa kata keagamaan. Ia adalah fondasi moral perjuangan, arah lurus menuju kebenaran yang tak mudah dibelokkan oleh kuasa, uang, maupun intimidasi. Di tengah kebekuan moral dan kompromi yang merajalela, kader-kader HMI Cabang kembali membuktikan bahwa kompas perjuangan mereka masih menunjuk pada poros nilai: keberpihakan pada yang benar, bukan yang berkuasa.

Kasus dugaan korupsi pengadaan Alat Pelindung Diri (APD) COVID-19 di Sumatera Utara menjadi babak baru pembusukan birokrasi yang harus ditelanjangi. Nilai ratusan miliar anggaran diduga dikorupsi oleh para pemegang kuasa, sementara rakyat berjuang melawan pandemi dengan fasilitas minim. Ketika aparat penegak hukum lamban dan selektif dalam memproses kasus ini, mahasiswa dan kader HMI dari berbagai cabang, termasuk Cabang Medan, turun ke jalan, menyuarakan kegelisahan publik.

Namun aksi damai yang digelar di depan Kantor Kejaksaan Tinggi Sumatera Utara berubah menjadi adegan brutal. Kader HMI, termasuk Muhammad Aulia dkk, menjadi korban pemukulan oleh sekelompok pria tak dikenal yang di duga kuat merupakan preman bayaran. Wajahnya berdarah, tubuhnya babak belur. Ini bukan sekadar kekerasan fisik, tetapi juga penistaan terhadap idealisme mahasiswa yang sedang menunaikan peran amar ma’ruf nahi munkar sebagaimana diwariskan dalam nilai-nilai HMI.

 

Menurut Anggaran Dasar HMI, organisasi ini berasaskan Islam, dengan tujuan membentuk insan akademis pencipta, pengabdi, bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhai Allah SWT. Maka ketika kader HMI berdiri di garda depan melawan korupsi, mereka tidak melenceng dari AD/ART, melainkan menjalankannya secara otentik. Justru mereka yang diam atau berkompromi dengan kezaliman yang patut dipertanyakan loyalitas organisasional dan moralnya.

Lebih lanjut, Pedoman Perkaderan HMI menyebutkan bahwa kader HMI harus ditumbuhkan dengan kepekaan sosial dan keberanian moral dalam menghadapi ketimpangan sosial. Maka aksi mereka bukan sebatas orasi jalanan, tapi aktualisasi dari proses kaderisasi yang hidup. Ketika seorang kader berteriak “Tangkap mafia anggaran COVID-19!”, ia sedang membela nilai kemanusiaan dan keadilan yang menjadi inti dari misi profetik Islam.

 

Ironisnya, saat kekerasan terjadi, struktur pengurus tingkat wilayah—yakni Ketua Umum BADKO HMI Sumut—bukannya tampil sebagai pelindung moral dan organisatoris bagi kader HMI,  Ia justru mengeluarkan pernyataan kontraproduktif, menyebut bahwa aksi tersebut “bukan bagian dari HMI.” Ini bukan sekadar kekeliruan organisatoris, tapi kegagalan moral. Ketika kader diserang secara brutal dan biadab, pemimpinnya justru melepaskan diri. Ini bukan kepemimpinan, melainkan kemunafikan struktural yang pro pada koruptor.

Padahal, sejarah HMI telah ditorehkan oleh mereka yang memilih berseberangan dengan kekuasaan demi membela kebenaran (hanif). Lafran Pane tidak membangun HMI untuk menjadi organisasi pengecut yang takut pada preman dan aparat becat. Ia mendirikan HMI sebagai benteng peradaban, tempat lahirnya pejuang moral yang hanif, yang setia pada nilai meski harus menghadapi represifisme. Maka ketika ada kader di serang karena menyuarakan kebenaran, seharusnya seluruh struktur organisasi berdiri memagari mereka.

 

Lebih memprihatinkan lagi, kekerasan terhadap mahasiswa didepan lembaga penegak hukum (Kejatisu) tidak hanya mencerminkan krisis hukum, tapi juga semakin memperjelas wajah gelap penegakan keadilan di Sumut. Mengapa suara kebenaran dibungkam dengan bogem, bukan dengan dalil? Mengapa preman lebih cepat bertindak dari pada jaksa? Apakah hukum telah disubkontrakkan pada kekuatan jalanan yang anarko? Jika demikian, maka perlawanan moral menjadi keharusan sejarah, bukan pilihan opsional. Perlu diingatkan memori kolektif  bangsa bahwa kader HMI dulu laskar bersenjata yang tergabung dalam HIzbullah untuk mempertahankan Kemerdekaan RI.

Begitupun negara dalam keadaan normal, maka aksi kader HMI adalah bentuk jihad sosial. Mereka tidak mengangkat senjata, tetapi mengangkat suara. Mereka tidak menghancurkan fasilitas negara, tetapi menghancurkan kemapanan hipokrit dalam sistem hukum. Mereka tidak berdiri atas dasar kebencian, melainkan atas dasar cinta: cinta pada keadilan, pada rakyat, dan pada masa depan Sumatera Utara yang lebih bersih.

 

Perlu diingat, tugas HMI bukan menjadi hamba kekuasaan. Tugas HMI adalah menjadi penjaga nilai, penyeru kebenaran, sekaligus penggugah nurani umat. Maka ketika kader-kader turun ke jalan dan berdarah-darah karena menyuarakan pemberantasan korupsi, mereka adalah pengejawantahan dari insan cita. Mereka bukan sekadar mahasiswa. Mereka adalah warisan dari sejarah panjang gerakan moral di Indonesia.

Yang hari ini dibutuhkan bukanlah kader yang jago debat di forum, tapi takut di jalanan. Yang dibutuhkan adalah kader hanif—yang lurus pada kebenaran meski harus berhadapan dengan kekerasan. Dan mereka telah menunjukkannya. Kini tinggal kita bertanya: di pihak mana kita berdiri? Bersama mereka yang berdarah karena membela kebenaran, atau mereka yang bungkam dan nyaman dalam dekapan status quo?

 

Perjuangan belum usai. Laporan telah masuk ke polisi, dan proses hukum tengah berjalan. Namun suara kita tak boleh berhenti. Kita harus terus mendesak penegakan hukum yang berkeadilan. Jika hari ini kita diam, maka besok giliran suara kita yang akan dibungkam. Maka, sebagaimana pesan Rasulullah: “Sampaikanlah kebenaran walau pahit.”

HMI harus kembali ke jati dirinya sebagai pelindung moralitas umat dan bangsa. Bukan sekadar organisasi yang mencetak aktivis forum, tetapi yang melahirkan pejuang jalanan yang mampu menggetarkan meja kekuasaan dengan nilai dan nurani. Maka, selamat datang kader hanif. Teruslah lawan korupsi. Jangan takut. Karena kalian sedang berada di jalan yang benar.

 

Demikian

 

Penulis Adv. Irfan Harianto,SH, Praktis Hukum, Ketum HMI Komisariat FH USU Periode 2007-2008 dan Litigator Pusat Bantuan Hukum Rakyat Sumatera Utara

_________

Daftar Pustaka

 

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Himpinam Mahasiswa Islam (HMI)

Pedoman Perkaderan HMI, Hasil Kongres PB HMI

“Korupsi APD Covid-19 Sumut: Desakan Seret Nama-Nama Besar” – Jagok.co

“Ketua Umum BADKO HMI Sumut: Kegagalan Moral dalam Melindungi Kadernya” – Baraktime.com

Laporan Kasus Penganiayaan Demonstran Mahasiswa di Kejatisu – 2025.

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)