Baraktime.com|Medan
Seni
budaya merupakan sebuah adat istiadat, tradisi, dan eksistensi yang merupakan
ciri khas bagi suatu bangsa. Melestarikan seni budaya harus terus dilakukan
oleh setiap pelaku seni agar seni tidak redup dan menghilang dari muka bumi ini.
Namun hal itu yang menjadi dilematis bagi para pelaku seni yang ada di Sumatera
Utara, “antara ada dan tiada”.
Demikian
yang dikeluhkan oleh puluhan Seniman yang tergabung dalam
Art Community
Collaboration (ACC) Sumut saat berbincang santai dengan Hasan Basri Sagala,
Bakal Calon Wakil Gubernur Sumatera Utara di Joint Cafe, Jalan Pertahanan
Medan. , Kamis (12/9).
“Tak bisa lagi kami ungkapkan dengan kata-kata
nasib seniman pinggiran ini. Kami ada tapi tak dianggap ada,” kata Anton Rusli,
seniman Medan.
Beliau
adalah seorang penyanyi dan juga pemain perkusi terkenal ini mengaku sudah
terlalu lama nasib seniman di Medan dan Sumatera Utara ini tak dianggap
pemerintah Provinsi dan Kabupaten/Kota. Sebab seni hanya dipandang sebagai hobi
bukan sebagai sebagai profesi. Ironisnya
pekerja seni atau seniman hanya dilihat tidak lebih dari penghibur. Dimana
peran pemerintah terhadap seniman khususnya di Sumatera Utara?
Seniman lainnya,
Masdha Lusiana Silaban dari Art Community Colaboration Sumut (ACC Sumut)
mengatakan, sejauh ini pemerintah belum berbuat banyak untuk perkembangan
Seniman dan Pemusik di Sumut.
“Saya
sedikit bercerita, saya ini ada undangan ke Bali acara Gondang Naposo Tortor
se-Pulau Dewata. Karena susahnya mengundang dengan membawa Sumut, akhirnya saya
diundang secara pribadi,” kata Masdha.
Masdha
mengungkapkan, untuk mengikuti kegiatan bergengsi itu ia mesti bersusah payah
mencari sponsor. Meski akan mendapatkan honor dari acara tersebut, tapi tak
bisa menutupi semua pembiayaan akomodasinya.
Padahal
kata Masdha, dirinya membawa misi mengkampanyekan dan mengorbitkan budaya serta
karya lokal Sumut di kancah Nasional maupun Internasional.
“padahal
di acara itu akan diundang konsul-konsul dari Jakarta, dari negara lain juga.
Kebetulan kita juga sudah ada undangan dari Korea Selatan. Saya sendiri
prihatin, semoga nanti jika Pak Edy dan Bang Hasan terpilih, akomodir lah
kami,” katanya.
Menanggapi
keluhan seniman Sumatera Utara itu, Hasan mengatakan, pada esensinya, baik
pihak pemerintah maupun swasta sebenarnya memiliki anggaran pembinaan kemajuan
pembangunan sumber daya manusia daerah lewat sektor seni dan budaya.
Ia
menambahkan, para Seniman yang berkarya secara independen saja bisa maju, apa
lagi jika mendapatkan pembinaan dari berbagai pihak. Tentu hal itu berdampak
baik bagi perkembangan budaya lokal.
“Anggaran
ada untuk proses pemajuan kebudayaan daerah lewat sektor Seniman dan Pemusik.
Apa lagi jika yang diangkat menjadi tema-tema karya tersebut merupakan
identitas budaya lokal. Sehingga kita dikenal di dunia luar,” ujar Hasan.
Hasan
juga mengatakan, penguatan kapasitas soal Seni dan Musik di Sumut juga bisa
dilakukan lewat pendidikan di sekolah-sekolah hingga perguruan tinggi. Bahkan,
Seniman juga bisa ikut nimbrung di ranah politik.
“Seperti
pelajaran muatan lokal (mulok) di sekolah, itu juga bisa menjadi solusi. Ya,
tentunya kita do’akan juga agar para Seniman bisa berjuang lewat jalur politik
agar saudara-saudara kita ini bisa berdaulat atas karyanya,” ujarnya. (red)
Posting Komentar
0Komentar