"AWAS, PEMILIHAN REKTOR USU DI BAWAH KENDALI OPERASI TOBA MENUJU 2029"

Media Barak Time.com
By -
0

 


 Oleh: Selwa Kumar


 Pemilihan Rektor Universitas Sumatera Utara (USU) kali ini bukan sekadar urusan kampus. Ia telah bergeser menjadi arena tarik-menarik kepentingan politik nasional menjelang 2029. Dalam suasana ini, kampus yang seharusnya steril dari intervensi politik justru menjadi sasaran operasi kekuasaan yang kian halus tapi terstruktur.

 

Secara geografis, USU memang bukan pusat gravitasi kekuasaan nasional. Namun secara geopolitik, ia memegang peran penting sebagai “pintu masuk” pengaruh ke Sumatera Utara—provinsi dengan basis pemilih besar, heterogen, dan strategis bagi kontestasi nasional. Karena itu, siapa yang mengendalikan USU, dalam perspektif kekuasaan, bisa dianggap menguasai persepsi dan jaringan sosial intelektual Sumut.


Fenomena inilah yang disebut banyak kalangan sebagai Operasi TOBA—bagian dari pola besar Operasi Solo, yakni upaya sistematis menguasai rektor-rektor perguruan tinggi negeri (PTN) strategis di berbagai provinsi untuk memengaruhi lanskap politik nasional menjelang Pemilu 2029. Targetnya jelas: membangun hegemoni melalui lembaga pendidikan tinggi, bukan hanya melalui partai atau birokrasi.

 

Indikasi ini makin menguat ketika proses pemilihan Rektor USU justru dibayangi aroma politisasi dan dugaan keterlibatan figur-figur kekuasaan lokal yang terafiliasi dengan lingkar kekuasaan pusat. Sinyal paling mencolok muncul dari dukungan massif kepada rektor incumbent, yang belakangan tengah diperiksa Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait aliran dana korupsi pejabat daerah.


Dugaan keterlibatan dana korupsi dalam pembiayaan pemilihan rektor bukan hanya melanggar etika akademik, tetapi juga merupakan kejahatan terhadap nilai-nilai universitas itu sendiri. Di sinilah publik menaruh harapan agar Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi bertindak tegas—bukan hanya menunda, tetapi juga menata ulang seluruh proses pemilihan secara sistemik.

 

Langkah Dikti untuk menunda pelaksanaan pemilihan Rektor USU patut diapresiasi sebagai keputusan strategis. Namun penundaan semata tidak akan banyak berarti jika tidak dibarengi dengan langkah-langkah korektif yang mendasar. Kendali struktural di tangan rektor incumbent yang telah menguasai mayoritas anggota Senat Akademik (SA)—bahkan diduga mewajibkan anggota memotret surat suara di bilik pemilihan—menunjukkan betapa dalamnya luka integritas yang mesti disembuhkan.


Karena itu, solusi yang paling rasional dan konstitusional ialah penunjukan Pelaksana Tugas (PLT) Rektor dari unsur luar USU, yakni pejabat Dikti yang memiliki jarak aman dari kepentingan lokal maupun pusat. Penunjukan dari kalangan Wakil Rektor yang saat ini menjabat justru berisiko melanggengkan kendali lama yang sudah terkontaminasi.

 

PLT Rektor harus diberi mandat yang cukup panjang dan jelas: membersihkan suasana internal kampus, memastikan proses demokrasi kampus berjalan sehat, serta membangun kembali kepercayaan sivitas akademika. Ia tidak hanya bertugas sebagai pejabat sementara, melainkan sebagai pemulih integritas institusional USU.

 

Langkah berikutnya, jika diperlukan, adalah melakukan reshuffle terhadap jajaran Wakil Rektor. Beberapa posisi yang diduga sudah terikat dengan kepentingan operasi politik mesti diisi oleh figur-figur akademik yang bersih, berintegritas, dan diterima luas oleh sivitas.

Kendali PLT Rektor kemudian diarahkan pada reformasi menyeluruh dalam sistem representasi kampus: mulai dari pemilihan ulang anggota Senat Akademik hingga Majelis Wali Amanat (MWA). Proses ini harus dilakukan dengan prinsip transparansi, partisipasi, dan verifikasi publik agar tidak lagi dikooptasi oleh satu rezim kekuasaan kampus.

 

Khusus untuk MWA, unsur masyarakat perlu dikaji ulang. Unsur eksternal ini seringkali menjadi titik lemah yang dimanfaatkan untuk mengamankan kepentingan politik tertentu. Pembentukan ulang MWA yang bebas dari pengaruh rezim “Solo” adalah keharusan agar pemilihan rektor mendatang benar-benar bebas dari manipulasi.

 

Baru setelah fondasi tersebut dibangun, proses penjaringan calon rektor dapat dilakukan secara terbuka dan sehat. Kandidat yang muncul haruslah orang-orang dengan kapasitas akademik, rekam jejak moral, dan komitmen kebangsaan yang tak diragukan. Tanpa perbaikan struktur, demokrasi kampus hanya menjadi ritual formal yang penuh sandiwara.


Krisis integritas yang kini menimpa USU bukan sekadar masalah individu, tetapi cerminan rusaknya tata kelola perguruan tinggi akibat intervensi politik kekuasaan. Jika kampus negeri sebesar USU dapat dikooptasi demi kepentingan politik dinasti, maka masa depan pendidikan tinggi Indonesia sedang dalam ancaman serius.

 

Kekhawatiran bahwa Operasi TOBA bertujuan untuk memastikan keberlanjutan kekuasaan lokal menuju Pemilu 2029 harus menjadi alarm bagi negara. Ada indikasi bahwa penguasaan kampus digunakan sebagai alat legitimasi politik, bukan lagi sebagai benteng moral dan intelektual.

 

Sumatera Utara tidak boleh menjadi laboratorium politik dinasti yang dibungkus dengan jargon akademik. USU harus kembali menjadi rumah bagi ilmu pengetahuan, bukan alat bagi ambisi kekuasaan siapa pun. Kementerian harus memutus siklus kendali politik ini secara tegas dan menyeluruh.


Penunjukan PLT Rektor dengan kewenangan penuh adalah satu-satunya cara untuk mengembalikan marwah USU. Jika dibutuhkan waktu panjang untuk menormalisasi keadaan, tidak ada salahnya memperpanjang masa PLT hingga situasi benar-benar stabil. Yang penting, proses regenerasi kepemimpinan kampus tidak lagi dikelilingi intrik dan transaksionalitas.

 

Sebagai alumni dan bagian dari keluarga besar USU, tanggung jawab moral kita bukan sekadar mengkritik, tetapi menjaga agar universitas ini tetap menjadi mercusuar intelektual Sumatera Utara. Menyelamatkan USU berarti menyelamatkan masa depan kebangsaan dari infiltrasi kekuasaan yang menjadikan ilmu pengetahuan sekadar alat politik.

 

Demikian.

Penulis adalah Alumni Fakultas FIB USU Stambuk' 87, Anggota Forum Penyelamat USU serta PP IKA USU Bidang Sastra, Budaya dan Olahraga

Posting Komentar

0Komentar

Posting Komentar (0)